Candi Jago Terletak di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
Daftar Isi
Candi Jago berlokasi di Jl. Wisnuwardhana, No. 51, Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Nama lain dari Candi Jago adalah Candi Tumpang karena letak dari Candi Jago berada di Desa Tumpang serta Candi Cungkup karena candi ini dianggap keramat oleh warga sekitar. Nama “Jago” diambil dari kata “jajagu” yang tercantum dalam Kitab Nagarakertagama pada pupuh 41 bait 4 baris ke 2, yang merupakan tempat pendharmaan dari Raja Wisnuwardhana dari Singasari yang wafat pada tahun 1.268 Masehi.
Candi Jago diperkirakan diresmikan pada 1280 Masehi dengan diadakannya upacara sradha.
Candi Jago berdenah persegi panjang dengan ukuran 24m x 14m dengan tinggi candi 10,5m. Candi ini menghadap ke arah barat dengan bahan baku candi adalah batu andesit.
Candi ini memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan candi – candi lain. Keunikan tersebut terletak pada kaki candi yang terdiri dari tiga tingkat, terdapat delapan anak tangga di tingkat pertama, kemudian terdapat empat belas anak tangga di tingkat kedua, dan terakhir terdapat tujuh anak tangga di tingkat ketiga. Ada yang berpendapat bahwa atap dari candi ini terbuat dari kayu dan ijuk yang berbentuk meru layaknya pura yang ada di pulau Bali.
Hal ini dibuktikan pada relief Parthayadnya (Mahabarata) yang terletak di teras kedua sebelah timur pada sisi tengah candi.
Candi ini berdiri diatas semacam punden berundak dengan bentuk semakin ke atas semakin mengecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa tempat ini merupakan tempat pemujaan arwah atau roh leluhur.
Relief yang terdapat di Candi Jago adalah relief Siwaistis dan Buddhistis yang menggambarkan agama Wisnuwardhana. Pada relief Buddhistis relief yang dipahatkan adalah relief cerita tantri/Pancatantra dan Kunjakarna.
Dan relief Hinduistis pada candi ini adalah cerita Parthayadnya dan arjuna wiwaha dan relieh khrisna. Relief tantri menceritakan tentang cerita – cerita binatang, perjalanan Kunjakarna murid Buddha Wairocana ke neraka, tempat penyiksaan sahabat Purnawijaya. Setelah kembali ke dunia, Kunjakarna mengajak Purnawijaya belajar Buddha agar dosanya diampuni.
Pada relief Parthayadnya yang terdapat di tubuh teras II menceritakan kisah kalahnya Pandawa yang bermain dadu dan diusir ke hutan oleh Kurawa selama 15 tahun. Arjuna kemudian memisahkan diri dari Pandawa ke Gunung Indrakila.
Pada teras III terdapat kelanjutan cerita dari cerita Parthayadnya dari proses bertapa Arjuna hingga Arjuna berburu bersama Dewa Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Dan terakhir Arjuna diminta untuk membunuh Niwatawaca yang mengganggu kahyangan dan terakhir kawinnya Arjuna dengan Batari Supraba.
Dulu di bilik candi terdapat arca Buddha Amogapasa serta empat pengawalnya, yaitu Sudhanakuma, Cyamatara, Hayagriwa dan Bhrekuti. Nama tersebut dipahatkan dengan huruf Nagari.
Arca lain yang terdapat di atap serta relung Candi Jago yaitu arca Dyani Buddha Aksobya, arca Ratna Sambhawa, serta arca caktil istri dari Dyani Buddha yaitu Locana dan Pandurawasini. Pada Prasasti Majuri (1343M ) menyebutkan Candi Jago pernah dipugar dengan diperlebar serta diperindah pada masa kerajaan Majapahit sekitar periode 1343M.